Resensi Buku Novel Fiksi Indonesia - Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye


 

Sampul cetakan terbaru || Sumber : google.images.com



Identitas Buku

  1. Judul Buku                                   : Ayahku (Bukan) Pembohong
  2. Nama pengarang                         : Tere Liye
  3. Cetakan dan waktu terbit          : Cetakan keduapuluh delapan, November 2020.
  4. Nama penerbit                             : Gramedia Pustaka
  5. Tebal buku/Jumlah halaman   : 304 hlm., 20 cm.




                    Sampul cetakan lama || Sumber : Kommpasiana.com                       Sampul cetakan pertama || Sumber  : 
 dispusip.pekanbaru.go.id


Riwayat Kepengarangan dan Ringkasan Isi Buku


    Darwis, atau yang biasa dikenal dengan panggilan Tere Liye, meluncurkan buku ini pertama kali pada April, 2011. Tere Liye lahir di Lahat, Sumatera Selatan, sebagai anak keenam dari tujuh saudaranya yang lain. Tere Liye mengenyam pendidikan tingginya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Sebelum buku ini diluncurkan, terdapat karya-karya fenomenal lainnya yang juga datang dari buah pemikiran dan coret tangan Tere Liye. Di antaranya adalah Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-bidadari Surga, dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu yang terbilang best seller dan banyak diperbincangkan. Selain itu, buku-buku yang viral pada masanya tersebut juga digarap menjadi film layar lebar Indonesia dengan jutaan penonton dari seluruh nusantara.


"Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh mencintainya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa, bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya?"

 

       Ayahku (Bukan) Pembohong merupakan buku fiksi yang mengisahkan kehidupan beralur maju-mundur dari seorang laki-laki bernama Dam. Bersama dengan ibu dan ayahnya, Dam hidup dari kecil dengan penghidupan yang layak, tidak berlebihan dan tidak juga berkekurangan. Ayah Dam amat gemar dan pandai dalam merangkai berbagai jenis kisah untuk diceritakan di setiap harinya kepada Dam. Dalam mendongeng, tidak pernah beliau kehabisan satu kalimat pun. Segala kisah yang diceritakan oleh ayah Dam selalu diisi oleh banyak sekali pelajaran hidup dan motivasi yang membuat Dam tumbuh menjadi pria yang dipenuhi cita dan semangat untuk masa depannya. Tidak hanya piawai dalam mendongeng, ayah Dam juga mencontohkan banyak sekali tauladan yang terpuji kepada Dam sedari ia kecil.

        Kepiawaian Ayahnya dalam menceritakan segala dongeng, ternyata tidak dapat membuat Dam terus-terusan bertahan dan berdiri teguh dengan segala motivasi yang terdapat dalam cerita-cerita ayahnya. Karena, kisah-kisah hebat yang Ayahnya ceritakan selalu melibatkan Ayahnya sebagai tokoh utamanya. Seolah, ayah Dam benar melakukan segala hal yang diceritakannya dalam dongeng tersebut. Seiring berjalannya waktu yang semakin menumbuhkan keraguan di hati Dam soal cerita-cerita Ayahnya tentang dongeng yang seolah ayahnya menjadi tokoh utama dalam kisah-kisah yang diyakinkan kebenarannya oleh ayahnya itu, Dam justru semakin tumbuh dewasa dengan tidak lagi dapat mempercayai ayahnya. Bahkan ketika mempunyai anak, Dam tidak pernah menyajikan kisah-kisah dongeng untuk anaknya karena ia masih terkurung dalam ketidakpercayaan atas segala dongeng yang pernah diceritakan Ayahnya.

    Waktu berlalu, semakin Dam mendewasa, semakin menua ayahnya, dan semakin bertumbuh anak-anak Dam, semakin banyak konflik yang terjadi dan sesudah puncak konflik di mana Ayah Dam meninggal dunia, dari situ lah terkuak banyak sekali kenyataan yang sesungguhnya dari dongeng-dongeng ayahnya, yang ternyata bukanlah sebatas dongeng biasa. Bahkan, kisah-kisah tersebut tidak dapat disebut dongeng karena adanya kebenaran di balik kisah-kisah tersebut. Sayangnya, Dam mengetahui segala kebenaran tersebut sesudah ayahnya wafat, sesudah konflik demi konflik yang ada di antara Dam yang tidak pernah mempercayai kisah-kisah dongeng ayahnya yang menurutnya hanya sebatas bualan dan hanya berisi motivasi kosong.



Kelebihan dan Kekurangan Buku


"Inilah kisah tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati."


        Dari segi fisiknya, buku ini memiliki sampul yang sangat senada dengan isinya. Tenda kecil dari buku dengan beberapa layang-layang yang terbang di atasnya, apel emas raksasa di depan tenda, juga satu bola hitam putih yang berada di samping tenda, merupakan perwakilan dari setiap dongeng-dongeng terbaik yang pernah diceritakan oleh ayah Dam dalam novel tersebut. Kualitas sampul dan kertas novel ini juga dapat terbilang sangat baik, terutama jika kita lihat lebih dalam dari segi jenis huruf dan ketajaman hasil cetakannya.

        Novel ini mengandung rangkaian motivasi kehidupan dan pesan moral yang tidak jarang membuat pembaca merasa tersentuh lewat bagaimana Tere Liye menuturkan pesan demi pesan yang tersurat maupun tersirat dalam novel ini. Penulis menunjukkan lewat tokoh-tokoh yang ada di dalam novel bahwa bahagia itu sederhana, sesederhana ketika kita bahagia dengan sebuah kisah-kisah hebat yang disampaikan dengan baik, sesederhana hidup berkecukupan dengan hati dan jiwa yang lapang terhadap lingkungan, juga lewat kesederhanaan lainnya.  Buku ini akan sangat berguna untuk kita yang sedang membutuhkan motivasi dan semangat juang lebih dalam menjalani hidup. Tidak hanya itu, lewat buku ini kita juga dapat lebih menghargai apa dan bagaimana orang tua kita memperlakukan kita selama hidupnya. Penulis menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti, tidak ada terlalu banyak kosa kata yang harus kita pikirkan dua kali apa maknanya, namun tetap mengandung kalimat-kalimat yang secara langsung mengajarkan kita mengenai suatu hal dalam kehidupan. Dilihat dari banyaknya karya tulis yang hebat dari Tere Liye, tidak dapat diragukan jika buku ini juga menjadi salah satu yang terbaik.

    Meski demikian, novel ini juga tetap memiliki kekurangan. Dikarenakan novel ini menggunakan alur maju-mundur, maka kurangnya pembeda antara mana bagian yang sedang menjelaskan alur mundur dan mana yang tengah menjelaskan alur maju merupakan hal yang harus lebih diperhatikan. 


"Mulailah membaca novel ini dengan hati lapang, dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat mengatakannya."


        Demikian resensi dari salah satu novel fiksi terbaik karya Darwis Tere Liye, yang seperti biasa,  karya-karya tulis beliau selalu memiliki tempat yang spesial di hati kebanyakan pecinta novel fiksi, terutama saya pribadi. Dukungan penuh kepada Tere Liye dan penulis novel fiksi lainnya, dapat kita lakukan mulai dari hal-hal kecil seperti mulai membeli baik e-book atau buku fisiknya secara legal. Dalam hal ini, kita tidak bisa dan tidak boleh membeli e-book dan buku fisik bajakan dan atau tidak resmi. Penulis nusantara seperti Tere Liye akan terus berbuah dan berbunga di negeri kita tercinta jika kita mau menghargai dan mencintai bauh karya mereka dengan cara yang seharusnya, bukan dengan cara ilegal yang dapat merusak perjuangan penulis dalam setiap kalimat yang dituliskannya dari hati.



Sumber referensi biografi singkat Tere Liye :

https://bahasa.foresteract.com/biografi-singkat-tere-liye/

Komentar